Prospek Bisnis Logistik Sangat Cerah, Saatnya Para Pemain Terapkan Teknologi

 Salim Iskandar (47) termasuk pengusaha yang justru mendapatkan blessing indisguise di masa pandemi Covid dua tahun terakhir. Pengusaha bidang transportasi (trucking) dan forwarder yang berkantor di Jakarta Barat ini bisnisnya justru bertumbuh 35% per tahun selama dua tahun terakhir. Ia menambah jumlah armada truk dari 150 unit tahun 2019 menjadi 312 unit saat ini (Maret 2022). Penambahan armada ini disebabkan meningkatkannya demand dari klien-kliennya, para pelaku bisnis ritel dan pemain ecommerce. 

Bisnis logistik yang dijalankan Iskandar memang fokus pada pengiriman barang dari pabrik ke gudang-gudang milik perusahaan peritel, termasuk ke gudang-gudang perusahaan ecommerce. Ia tidak bermain pada pengiriman langsung ke pelanggan rumah tangga atau last mile delivery sehingga bisnis Iskandar memang cenderung B2B. Dan rupanya bisnis Iskandar ikut menggeliat seiring cepatnya pertumbuhan klien-kliennya di masa pandemi dua tahun terakhir. Bila di 2019 omsetnya masih di sekitar Rp 50 miliar per tahun, maka akhir 2021 lalu sudah mencapai sekitar Rp 120 miliar per tahun. 

prospek bisnis logistik sangat cerah


Salim Iskandar dengan bisnisnya yang mengalami bullish di masa pandemi sebenarnya menjadi potret yang mewakili bisnis logistik secara umum yang memang bertumbuh baik selama dua tahun terakhir. Dalam dua tahun terakhir industri logistik memang dipusingkan dengan problem kelangkaan kontainer bagi yang bergulat di bidang transportasi laut yang membuat harga fright melambung, namun di luar itu, secara umum bisnis logistik justru menggeliat positif.  

Secara umum, kue bisnis logistik di Indonesia memang sangat menggiurkan. Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi kontribusi sektor logistik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga akhir tahun 2021 sebesar Rp 676,0 triliun dan di tahun 2022 diperkirakan juga akan tumbuh positif. Pertumbuhan sektor logistik tahun 2022 akan didorong terutama oleh kinerja sektor industri pengolahan, terutama non-migas, diikuti oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor perdagangan; sektor konstruksi; serta sektor pertambangan," kata Setijadi, Chairman SCI. 

Pada tahun 2021 lalu, kontributor logistik dari industri pengolahan non-migas adalah industri makanan dan minuman (sebesar 38,4 persen), diikuti industri kimia dan farmasi (11,4 persen), industri barang logam dan elektronik (8,7 persen), industri alat angkutan (8,4 persen), serta industri tekstil dan pakaian jadi (6,1 persen). Kinerja sektor logistik di Indonesia didorong oleh kinerja ekspor-impor yang terus membaik dan juga kebutuhan konsumsi perkapita Indonesia yang terus meningkat. Subsektor transportasi, SCI memperkirakan kontribusi terhadap PDB tahun 2021 sebesar Rp 548,8 triliun, sedangkan subsektor pergudangan mengontribusi terhadap PDB tahun 2021 sebesar Rp 127,2 triliun.

Para pemain logistik bisa menggarap ceruk market yang berbeda-beda karena peluang bisnis yang digarap memang beragam. Mulai dari jenis layanan Inbound Logistics, Outbound Logistics, Warehouse Services, Freight Shipping, Courier Shipping, Courier Express, Third Party Logistics, Fourth Party Logistics, Distribution Logistics, hingga Reverse logistics.  Logistik dapat dibagi menjadi lima jenis berdasarkan tahapan dalam proses bisnis. Yakni logistik pengadaan, logistik produksi, logistik penjualan, logistik pemulihan, dan logistik daur ulang (riverse logistic). Selain itu, juga ada sejumlah model bisnis yang bisa digarap para pemain logistik. Pelanggan di industri logistik sendiri bisa menyasar ke segmen B2B dan B2C.

Secara umum, kegiatan bisnis logistik dibagi dalam lima elemen. Yakni pertama, bidang storage, warehousing and materials handling. Kedua, bidang packaging and unitisation. Ketiga, inventory. Keempat, transportasi. Kelima, informasi dan kontrol.  Seperti kebanyakan industri lainnya, industri logistik (T&L) saat ini juga menghadapi perubahan besar. Perubahan besar itu membawa risiko namun juga peluang. Sekarang ini makin teknologi baru, pemain penndatang baru, harapan pelanggan yang berubah dan model bisnis baru. 

Perusahaan logistik menghadapi era perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya saat digitalisasi berlangsung dan harapan pelanggan terus berkembang. Teknologi memungkinkan efisiensi yang lebih besar dan lebih kolaboratif model operasi. Dengan teknologi, pendatang baru bisa menjadi perusahaan top baru yang  mengguncang industrinya sehingga pemain lama harus banyak waspada dan juga mengikuti perkembangan dengan cara investasi dan menerapkan teknologi. 

Setijadi menyarankan, perusahaan penyedia jasa logistik juga perlu mencermati perubahan sosial dan pola bisnis yang mempengaruhi operasional logistik seperti sharing economy, logistics marketplaces, dan omnichannel logistics. Selain itu, berbagai perkembangan teknologi terkait perlu dicermati dan dimanfaatkan seperti big data analytics, artificial intelligence, internet of things, block chain, cloud logistics, serta robotics & automation.  Secara internal, perusahaan perlu meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional dengan peningkatan kapabilitas proses, pemanfaatan teknologi, dan kompetensi SDM.



Lebih baru Lebih lama