Kisah Sukses GRC Board Di Bisnis Bahan Bangunan

GRC Board sukses di bisnis bahan bangunan


Bagi para pelaku bisnis konstruksi dan bangunan sipil, biasanya kenal papan semen pengganti tripek merek GRC Board. Merek ini memang merupakan produk papan semen fibreglass (glass-fibre reinforced cement)  yang sangat dikenal di Indonesia dan bahkan bisa disebut sebagai market leader. Merek ini mendominasi pasar. Yang menarik, ini merek lokal yang sukses menjadi generic brand. Tentu menarik mengupas bagaimana kiat dan strategi GRC Board, dan siapa tokoh yang membesarkan merek ini sejak awal hingga berjaya di bisnis bahan bangunan hingga sekarang.

Sukses GRC Board dicapai melalui sebuah perjuangan yang tak instan. Sukses GRC Board merupakan buah dari kesabaran serta kejelian keluarga Richard Sugianto sebagai pendiri ( founder) dalam melihat peluang pasar. GRC Board sudah diperkenalkan keluarga Richard, pemilik PT Bangunperkasa Adhitamasentra (BA) yang mengembangkan merek GRC Board,  sejak tahun 1992.  Ketika itu produk papan semen fibreglass sama sekali belum dikenal di Indonesia. 

Maklum, waktu itu, produk yang dipakai sebagian kecil masyarakat adalah papan gipsum atau triplek. Namun Richard punya visi bahwa produk papan semen fibreglass ini bisa dipasarkan di Indonesia dan punya potensi besar menggantikan penggunaan papan kayu dan tripleks. Apalagi di luar negeri, khususnya di Jepang, papan semen fibreglass sudah cukup populer digunakan sebagai salah satu bahan bangunan penting.


Pada tahun 1992 itulah keluarga Richard didukung pemegang saham lainnya memutuskan mendirikan BA untuk menggarap bisnis produk inovatif asal Jepang tersebut. Namun, tentu saja BA tak bisa langsung beroperasi dan memproduksi karena harus dilakukan sejumlah persiapan. Waktu persiapan yang dibutuhkan sekitar dua tahun, dari 1992 hingga 1994, terutama untuk pembangunan pabrik dan pengadaan mesin-mesin. Sekadar catatan, meski papan semen fibreglass ini hasil inovasi Jepang, teknologi pembuatannya juga telah berkembang di Taiwan. Dan, alih teknologi BA pun berasal dari Taiwan, bukan dari Jepang. Tenaga-tenaga ahli BA juga didatangkan dari Taiwan. 


Tahun 1994, setelah melalui fase persiapan, BA mulai memasarkan produk papan semen fibreglass. Menariknya, BA tak memulainya dengan mengimpor, melainkan langsung memproduksi sendiri di Indonesia. Merek pertama yang dilempar ke pasar adalah GRC Board. Pada tahap awal, Richard Sugianto sebagai sang pemilik utama turun langsung membangun pasar – sekarang, yang justru lebih aktif adalah Veronica, istri Richard.

Pada fase awal, BA sempat mengalami kondisi sulit pada saat mulai mengembangkan GRC Board. Produknya tak langsung diterima pasar mengingat konsumen lebih familier menggunakan papan kayu biasa atau tripleks. Apalagi harga fibreglass yang ditawarkan lebih mahal dibanding harga papan dan tripleks. Misalnya, bila produk GRC harganya Rp 19 ribu, sedangkan tripleks cuma Rp 11 ribu. Namun manajemen BA tak putus asa melihat sambutan awal yang belum kondusif tersebut.


Justru menjadi tugas tim BA bagaimana mendidik masyarakat agar memahami apa itu papan semen, apa keuntungan dan kerugiannya. Manajemen BA yakin bisa sukses sebab ada beberapa keunggulan yang ditawarkan produk jenis ini, yakni: lebih ringan, tahan lembab, tak mudah lapuk, tahan terhadap jamur dan rayap, mudah dalam penggunaan, pemasangan dan perawatan, tahan terhadap cuaca, serta sangat baik untuk sistem partisi kedap suara. Selain itu, produk ini pun dinilainya gampang diaplikasi sebagai plafon, partisi, pembungkus (cover) kolom pada interior, dan lain-lain.


Berbekal optimisme itu, BA kemudian tak lelah melakukan edukasi pasar alias promosi. Caranya mulai dari promosi door-to-door (dari toko ke toko), mengikuti pameran properti, dan memberikan pelatihan yang dilakukan untuk mempromosikan produk baru. Setiap bulan BA juga mengundang sejumlah orang dari berbagai kalangan (perusahaan) yang menjadi target pasar, mulai dari pengembang properti, para tenaga penjualan properti, calon agen penjualan, hingga ke masyarakat yang potensial menjadi pengguna langsung (end user). Promosi ATL mulai dilakukan dengan beriklan di radio. Kegiatan ini dilakukan terus-menerus pada tahap awal memulai bisnis papan semen fibreglass ini.


Ternyata, berkat kesabaran dan upaya yang gigih, pelan-pelan konsumen mulai kenal dan mencoba GRC Board. Momentum pertumbuhan BA justru di tahun 1997 ketika krisis ekonomi mulai menerpa Indonesia. Saat itu, ketika banyak perusahaan mengalami penurunan kinerja bahkan ada yang sampai gulung tikar, BA justru mulai mendapatkan kepercayaan pasar. 


Sehingga, saat krismon, perusahaan ini tak hanya bisa bertahan tapi justru mengalami perkembangan pesat. Salah satu pemicunya, harga papan dan tripleks naik karena pasokan kayu menipis. Harga papan kayu yang sebelumnya lebih murah, langsung menjadi setara dengan harga papan semen fibreglass. Maka, papan semen pun menjadi pilihan alternatif para pengusaha properti dan end user.


Manajemen BA tak langsung puas dengan kondisi itu. Seiring sambutan positif konsumen, manajemen BA terus menggalakkan pemasaran. Promosi, baik ATL maupun below the line (BTL) dilakukan. Untuk BTL, BA rajin mengadakan road show ke kota-kota potensial di Indonesia, antara lain Medan, Padang, Batam, Bintan, Jambi, dan Bangka. Di kota-kota itu biasanya diadakan acara bertajuk “Malam Hiburan Bersama GRC Board”. 


Acara itu selain menjadi ajang promosi dan pengenalan produk baru, juga diposisikan sebagai event untuk program loyalitas, karena biasanya BA memberikan hadiah kepada para mitranya. Di luar itu, BA pun rajin mengadakan pameran-pameran, memberikan gimmick, dan mengadakan pelatihan untuk mengedukasi pasar. Sementara untuk promosi ATL, GRC Board menjadi sponsor utama acara “Bedah Rumah” di sebuah stasiun TV dan beriklan pula di radio.

Kini, tak salah bisa menyebut BA dengan GRC Board adalah memimpin pasar. Konsistensinya dalam menggarap pasar mengantarkannya menjadi pemain kuat. Saat ini, produk BA diserap end user dan pelanggan korporat (20%) dan ekspor (10%). Cakupan pemasaran BA pun tak hanya di Jawa, melainkan sampai pula luar Jawa seperti Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi – untuk Indonesia Timur dipasok dari Surabaya. BA kini membawahkan ribuan toko mitra di berbagai wilayah di Indonesia yang menjadi ujung tombak pemasarannya. 


Manajemen PT Bangunperkasa Adhitamasentra (BA) tak menyia-yiakan momentum. Krismon bukan tiarap, melainkan justru tancap gas memasarkan produk papan semen fibreglass. Upaya BA memasarkan merek andalannya, GRC Board, terbilang sangat serius. Khususnya melalui program promosi above the line (ATL) – seperti mensponsori variety show “Bedah Rumah” di sebuah stasiun TV – ataupun langkah mengembangkan jaringan distribusi.


Dan hasilnya memang tak bisa dibohongi.  Penetrasi GRC Board di market semakin  kuat. Sejumlah pengembang properti besar seperti Lippo Cikarang, perumahan yang dibangun Grup Agung Podomoro dan Grup Duta Putra, Perumahan Permata Depok, Bank Mega, dan sederet nama lainnya, menggunakan GRC Board. Bahkan produk GRC ini juga sudah diekspor ke sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, Taiwan, Australia, Dubai, dan Afrika.  PT BA memiliki pabrik di kawasan Citeureup, Bogor dengan luas 6,5 hektare.


Kini setelah sukses memasarkan merek GRC Board yang merupakan produk pionir papan semen di Indonesia, perusahaan ini tak merasa puas dan berhenti mengembangkan bisnisnya. PT BA rupanya juga sudah memproduksi dan memasarkan tiga merek lainnya, yakni: Fiberflat, Superpanel, dan Superplank. Hanya saja, sejauh ini GRC Board masih merupakan merek andalannya. Yang pasti, walau sudah sukses, GRC tetap aktif berpromosi baik melalui media-media ATL maupun BTL melalui berbagai event. Dan juga promosi melalui media-media terkini di dunia digital dan medsos. 

#kisah sukses GRC Board #strategi pemasaran GRC Board #kiat sukses GRC Board #bahan bangunan 



Bacaan Lainnya :

Lebih baru Lebih lama