Siapa pemilik Mixue, jaringan resto es krim yang menjamur di berbagai kota

  



Jaringan toko es krim Mixue kini tersebar di berbagai kota di Indonesia. Bukan hanya di Jakarta, tapi juga banyak kota lain.  Siapa sih pemilik jaringan Mixue ini? Soalnya outletnya berkembang begitu pesat. Per Januari 2023, gerai Mixue sudah tersebar banyak di pulau Jawa dan pulau-pulai lain. Di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah dengan masing-masing sudah ada  gerai Mixue sebanyak 189 gerai, 114 gerai, dan 113 gerai. Di Provinsi Banten dengan 67 gerai. Beralih ke Bali, ternyata disana juga terdapat banyak gerai Mixue dengan total 61 gerai.   Di DKI Jakarta  juga mencapai dari 40 gerai. Maka tak heran jika terdapat banyak gerai Mixue di Indonesia, pasalnya keberadaan Mixue sudah menjamur hingga ke pelosok negeri. 


Jaringan resto es krim Mixue didirikan oleh pengusaha asal China, Zhang Hongchao. Bagaimana pemilik jaringan es krim ini merintis bisnis ? 


Kisah Zhang,  si pendiri jaringan bisnis es krim Mixue ini, hidupnya bak dongeng, cerita bisnisnya cukup dramatik. Ia memang sukses membangun Mixue  dimana Mixue tak hanya sukses di China, tapi juga di banyak negara, termasuk di Indonesia, Jepang, Australia, Singapore, Vietnam dan banyak negara lainnya. 


Memulai dari secangkir es serut (shaved ice)


Pada tahun 1997, Zhang Hongchao, si pendiri Mixue, masih kuliah di tahun keempat. Pada musim panas, selain kuliah, ia juga menghabiskan waktunya dengan bekerja paruh waktu di sebuah toko minuman dingin yang berspesialisasi dalam membuat es serut. Dalam menjalani pekerjaan part time itu, ia menemukan peluang bisnis dan memiliki gagasan untuk memulai bisnisnya sendiri.


Ketika nenek Zhang Hongchao memergoki rencana bisnisnya itu, si nenek lalu berusaha melakukan penghematan hidupnya agar bisa memberi tambahan modal ke sang cucu. Akhirnya ia bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 7 juta untuk dipinjamkan ke sang cucu untuk memulai bisnis es krim serut itu. Sebab itu, setelah Zhang Hongchao lulus kuliah, dia kembali ke desa asalnya, Zhengzhou dan mulai mendirikan sebuah kios untuk mulai menjual es serut itu. Toko ini bernama "Cold Stream Shaved Ice" ini adalah pendahulu Mixue Bingcheng, dari sanalah perjalanan kewirausahaan Zhang Hongchao dimulai.


Zhang memulai usaha UMKM ini dengan ala kadarnya, maklum, modalnya sangat terbatas. Peralatan tokonya sangat sederhana, dengan hanya freezer, beberapa bangku, dan meja lipat. Bahkan mesin es serutnya dibuat dan dirakit oleh Zhang Hongchao dari sepeda motor yang dibeli, meja putar, dan pemotong. Produk utama dari outletnya saat itu terutama es serut,  es krim, dan smoothie. Setelah bisnis secara bertahap menjadi lebih baik, ia mulai menjual teh susu di tokonya.


Dengan bisnis ini, Zhang Hongchao dapat memperoleh lebih dari 100 RMB sehari atau kalau dirupiahkan, sekitar Rp 200 ribu untungnya per hari. Lumayan. Ada sisa, bagian dari keuntungan. 

Tetapi ia kemudian menemui masalah: bisnis es serut ini sangat  dipengaruhi oleh musim. Di saat musim panas, bisnis jalan baik. Laku dan banyak yang beli. Tetapi di musim dingin itu akan menjadi masalah. Jualan sering tak laku. Orang males minum es di saat udara dingin. Sebab itu, di musim dingin, ia mesti mencari pekerjaan lain agar bisa makan dan punya penghasilan. Ia lalu menjadi tenaga penjual di musim dingin. Walhasil, toko es serut pertama tadi akhirnya terbengkalai, tutup. Kurang terurus.


Zhang Hongchao tidak patah semangat. Setelah setahun ia kembali membuka toko dan mengubah nama toko menjadi Mixue Bingcheng. Nama itu dalam bahasa Cina berarti "kastil es yang dibangun dengan salju manis".


Setelah ini, Zhang Hongchao juga membuka restoran Cina dan Barat, Home Cooking Restaurant dengan cara bermitra  dengan orang lain, tetapi karena berbagai alasan kebanyakan dari mereka gagal beroperasi. Sejarah ini sekarang digambar sebagai strip komik dan ditempatkan di situs web resmi Mixue Bingcheng.


Momentum pertumbuhan bisnisnya 


Pada tahun 2006, sejenis es krim kerucut telur dari Jepang mulai muncul di Zhengzhou, dan bentuknya seperti obor bertepatan dengan Olimpiade Beijing 2008. Akibatnya, harga es krim, yang awalnya satu atau dua yuan, telah meningkat lima atau sepuluh kali.


Zhang Hongchao menemukan peluang bisnis itu dan ia mulai mempelajari resep es krim di restorannya. Akhirnya ia bisa menentukan rasio berbagai bahan. Jadi dia membuka toko es krim di sebelah restoran dan terus menggunakan nama Mixue Bingcheng. Dia membuat perhitungan berdasarkan biaya dan akhirnya menetapkan harga es krim pada 2 RMB, ketika toko lain menjual sekitar 10 RMB. Gile, harga Mixue hanya seperlima dari kompetitor, jauh lebih murah.


Tidak sulit membayangkan apa yang kemudian terjadi. Barang sama tapi harga hanya seperlima. Bisnis es krim itu langsung booming sejak toko dibuka, dan sering kali sampai antri panjang di pintu untuk membelinya. Orang sampai harus sabar dan antri untuk membelinya.


Pada tahun 2007, bisnisnya makin meledak, sukses besar. Permintaan untuk buka cabang muncul darimana-mana. Skala bisnis saat itu tidak dapat memenuhi ambisi Zhang Hongchao untuk bertumbuh. Sebab itu ia memutuskan untuk memulai model bisnis waralaba. Ia menerima investor yang mau kerjasama dan mengembangkan bisnis Mixue dengan konsep waralaba. Tahun 2007 itu juga, lusinan toko MIxue dibuka dengan cepat di Provinsi Henan, tempat markas bisnis  itu berada.


Pada tahun 2008, Mixue Bingcheng secara resmi didirikan sebagai perusahaan, dan jumlah toko waralaba melebihi 180. Tetapi pada saat ini muncul wabah aditif susu yang berpotensi menimbulkan masalah keselamatan. Mixue Bingcheng di hulu pemasok bahan baku juga terlibat, akibatnya pasokannya sangat terpengaruh .


Pada saat itu, Mixue Bingcheng masih merupakan bisnis keluarga, perusahaan pada dasarnya adalah kerabat Zhang Hongchao. Sebab itu manajemennya masih rumit, sulit dikelola. Insiden rantai pasokan ini akhirnya membuat masalah terungkap semuanya. Membuka tabir masalah. Dari sana Zhang Hongchao mendapatkan momentum untuk melakukan perbaikan manajemen. Ia mulai memutuskan untuk menggunakan para  manajer profesional dan mengoptimalkan model manajemen modern dan meninggalkan cara bisnis ala keluarga.


Agar pengembangan produknya semakin baik, pada tahun 2012, Mixue Bingcheng mulai membangun pusat R&D modern dan pabrik pusat untuk mengambil rantai pasokan ke tangannya sendiri dan mencapai swasembada.


Pada tahun 2014, perusahaan mendirikan pusat logistik di Kota Jiaozuo, Provinsi Henan, untuk mengirimkan bahan baku untuk waralaba di seluruh negeri. Dengan pusat pergudangan dan logistiknya sendiri, rantai pasok telah diperpendek dan biaya inventaris dan biaya penyimpanan telah berkurang. Ini telah menjadikannya merek minuman pertama di Cina yang mengirimkan logistik secara gratis.


Mixue Bingcheng juga melalui upayanya sendiri untuk membuka hubungan pengadaan bahan baku, area produksi langsung dan teh, pabrik produksi bahan baku. Biaya bahan baku sekitar 20% lebih rendah dari rekan -rekannya, yang membuatnya lebih kompetitif.


 Mixue Bingcheng  berkembang pesat karena dalam ekspansinya juga menggunakan pola waralaba. Ia juga memberi pewaralaba puluhan juta pinjaman modal bebas bunga setiap tahun untuk menyelesaikan masalah keuangan mereka saat membuka toko baru. Daya tarik Mixue Bingcheng ke franchisee jauh melebihi merek-merek lain di industri yang sama, dan skala ekspansi cepat, dengan jumlah total toko memecahkan 1.000 tahun itu.


Pada titik ini, dari bahan baku hingga logistik, dan kemudian ke toko-toko waralaba, loop bisnis tertutup milik Bingcheng telah dibentuk secara resmi. Operasi langsungnya dengan model waralaba juga dengan cepat membuka pasar tenggelam, melalui harga rendah dan kepadatan toko tinggi untuk merebut pangsa pasar.


Bisnisnya boom setelah membuka waralaba luar di negeri 


Pada tahun-tahun berikutnya, merek Mixue Bingcheng tumbuh dan mencoba untuk memperluas ke luar negeri. Pada tahun 2018, ia berhasil memasuki pasar Vietnam, membuka toko luar negeri pertamanya di Hanoi. Gaya dekorasi toko di luar negeri juga disesuaikan dengan lokasi dan menggabungkan elemen lokal. Misalnya, toko -toko di Mesir akan menggantung kelapa dan buah-buahan lainnya di luar toko, dan buah apa pun yang digantung di pintu masuk, toko -toko dapat memberi pelanggan minuman atau makanan penutup yang sesuai. Gaya sederhana ini sangat populer di kalangan penduduk setempat, dan sekarang toko -toko di luar negeri memiliki lebih dari 500.


Pada Juni 2020, Mixue Bingcheng memiliki lebih dari 10.000 toko di Cina, merek minuman teh pertama yang melebihi 10.000 toko di Cina. Pada bulan Juli, "Lagu Tema Mixue Bingcheng" mulai diputar secara bersamaan di TV di toko -toko offline secara nasional.


Pada tanggal 1 Oktober 2021, jumlah toko Mixue Bingcheng telah melebihi 20.000, jauh melebihi jumlah toko perusahaan kompetitornya. Naixue dan Hey Tea juga merupakan merek minuman teh di Cina. Yang pertama memiliki lebih dari 700 toko di seluruh negeri pada bulan Desember 2021, dan yang terakhir memiliki jumlah toko yang sama.

Perjalanan Mixue pun terus melesat di luar negeri. Mixue pun juga sudah membuka toko  di Australia, antara lain di Sydney, Brisbane dan Melbourne. Pada bulan Desember 2022 Mixue memulai debutnya di Korea Selatan dan Jepang dan mengumumkan  untuk meluncurkan IPO di pasar utama Shenzhen pada tahun 2023, berusaha mengumpulkan $ 918 juta.


Dibandingkan dengan para kompetitornya seperti Heytea dan Nayuki,  diantara kunci suksesnya, Mixue mengambil pendekatan yang berbeda dengan menembus pasar massal melalui strategi yang sangat murah atau strategi harga rendah. Dengan harga produk rata-rata antara ¥ 3-10 (US $ 0,4-1,5), Mixue dengan cepat mengumpulkan basis pelanggan yang besar dan cepat.


Dengan volume penjualan yang sangat besar, Mixue dapat bekerja lebih kompetitif pada rantai pasokannya, mengambil pemrosesan bahan baku, pergudangan dan logistik ke tangannya sendiri, memotong perantara pihak ketiga dan menjaga struktur biayanya menjadi sangat rendah dan tetap bisa menjaga kualitas tinggi.

Dengan lebih banyak franchisee (dan lebih banyak permintaan bahan baku), Mixue mampu mempertahankan kekuatan negosiasi yang tinggi di depan para pemasok  bahan baku dengan biaya yang lebih murah, sehingga mempertahankan biaya harga rendah. Cara itu juga dilakukan di negara-negara lain dimana Mixue masuk menggarap pasarnya, termasuk di Indonesia. 


Harga murah mampu menarik lebih banyak pelanggan  dan pewaralaba yang mencari untung dari formula Mixue. Merek Mixue lebih mudah diakses dan menjadi top-of-mind.


Jaringan waralabanya tumbuh cepat, memungkinkan mendirikan pusat pelatihan untuk memperbaiki manajemen waralaba dan sistem operasi sehingga mampu memberikan dukungan yang efektif. Misalnya cara pemilihan toko, renovasi toko, pelatihan staf, manajemen toko, perangkat lunak toko dan pemeliharaan perangkat keras-ini menarik lebih banyak waralaba.


Jangan lupa, diantara percepatan bisnisnya, Mixue juga tak lepas dari para investor. Sejak 2001, Mixue  sudah menggandeng investor seperti Hillhouse Capital Group dan Meituan Longzhu, perusahaan tersebut bernilai lebih dari 20 miliar RMB (sekitar $ 3,17 miliar). Tentu saja juga tak lupa dengan modal pinjaman dari sang nenek yang meminjami sebesar RMB 4.000 yang sekarang sudah tumbuh berlipat-lipat.

Kalau pinjaman sang nenek dianggap sebagai seed funding, maka return investasinya di Mixue pasti sudah pay back ribuan kali lipat. 


Salam sukses 

Lebih baru Lebih lama