Alasan & Kesaksian Kenapa Anies Baswedan Banyak Mendapat Simpati Sebagai Capres

Di masa-masa mendekati pemilu, makin banyak berseliweran info seputar Capres yang bakal memenangi Pemilu Presiden 2024. Salah satu nama yang sudah mencuat dan dijagokan untuk menjadi calonpresiden RI ialah Anies Baswedan, sosok yang sebelumnya berpengalaman menjadi Gubernur DKI dan Menteri Pendidikan. 

Anies Baswedan sendiri sebenarnya bukan tipe pemimpin yang ambisius atau sangat menggebu-gebu untuk merebut dan menduduki sebuah jabatan atau posisi. Tanpa dijelaskan hal itu juga tampak dari cara dia bicara selama ini. Ia tipe orang yang menjalani kehidupan dengan mengalir saja, namun ia tidak menolak bila diberi amanah untuk memimpin. 


Ia berani memikul beban dan tanggungjawab dengan semua resikonya. Tapi memang benar bahwa teman-teman dia dan orang yang sudah lama mengenalnya banyak memilih dan merekomendasikan ia untuk menjadi pemimpin, termasuk banyak juga yang mendorongnya  untuk menjadi presiden RI. 


Bagi para kolega dan orang yang mengenalnya, ada beberapa alasan kenapa  memilih dan menjagokan Anies Baswedan untuk menjadi Presiden RI. 


1. Sudah biasa memimpin dan memang punya bakat memimpin secara alami


Anies Baswedan jangan dilihat sebagai pemimpin saat menjadi Gubernur DKI atau Menteri Pendidikan saja. Anies punya bakat memimpin yang muncul secara alamiah. Ia bukan sosok pemimpin karbitan yang mencuat karena dibuat atau diskenariokan oleh kelompok tertentu untuk menjadi pemimpin. Ia pemimpin yang lahir alami. 

Semasa kuliah, ia sudah  aktif menjadi pemimpin dengan menjadi Ketua Senat Mahasiswa UGM Yogyakarta yang membawahi semua Ketua Senat Mahasiswa dari berbagai fakultas di UGM. Ia juga menjadi salah satu inisiator lahirnya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UGM.  Sebagai bandingan, ketika kuliah di UGM, Ganjar Pranowo merupakan Ketua Pecinta Alam Fakultas Hukum UGM. Sedangkan Anies merupakan Ketua SEMA bagi seluruh fakultas di UGM. 


Sewaktu masih SMA, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS se-Indonesia pada tahun 1985. Pada tahun 1987, dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat. Jadi, ia memang punya bakat memimpin secara alami sejak lama, bukan muncul tiba-tiba. Bahkan ketika masih di UGM ia sudah biasa dipanggil Mr President karena teman-temannya memang tahu bakat kepemimpinan Anies. 


2. Sejak muda hingga kini punya  perhatian besar dan sangat peduli  dengan keadilan dan nasib orang tertindas


Naluri Anies untuk membela hak kaum lemah, menentang penindasan dan menyuarakan hak-hak publik sudah lama muncul. Salah satu contohnya saat menjadi Gubernur DKI, ia membela para pejuang negara dan para veteran yang tinggal di Jakarta dengan menggratiskan pajak PBB mereka. Para veteran ini merupakan para pejuang yang dulu sangat berjasa memerdekakan Indonesia dengan segala pengorbanan mereka,  namun mereka secara ekonomi banyak yang mengalami hidup kekurangan. Untuk bisa makan dan hidup di Jakarta saja banyak yang susah, apalagi karena harus bayar pajak PBB yang nilainya puluhan juta di Jakarta. Tak heran bila banyak veteran yang akhirnya tergusur dari Jakarta karena tak mampu bayar pajak hingga tanah dan rumah mereka diambilalih (dibeli) para pengusaha kaya. 


Anies merasa sangat trenyuh dengan kenyataan itu dan merasa sebagai generasi penerus kita menzalimi mereka bila tidak membantu mereka yang sudah berjasa kepada negeri ini. Karena itulah ia kemudian membuat kebijakan baru di bidang perpajakan yang berbeda dengan gubernur sebelumnya dimana ia kemudian menggratiskan pajak PBB bagi para veteran yang merupakan pejuang bangsa dan pembela Tanah Air itu. 

Kepedulian Anies pada keadilan ini juga sudah tampak sejak kuliah di UGM dulu. Ketika dia masih UGM, waktu itu muncul kebijakan yang melarang mahasiswa untuk bicara politik, mahasiswa dilarang berdemonstrasi. Mahasiswa dituntut hanya belajar menuntut ilmu. Anies termasuk kalangan mahasiswa yang saat itu melakukan perlawanan dengan kebijakan itu. Salah satunya dengan melahirkan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), sebagai kegiatan mahasiswa. Karena saat itu senat  mahasiswa dibungkam, lalu mahasiswa melahirkan BEM. Anies Baswedan menjadi salah satu pelopor dan inisiator lahirnya BEM. Dalam kelahiran BEM pertama kali di Indonesia, Anies salah satu tokoh utama saat itu, menjadi saksi sekaligus pelaku lahirnya BEM. Anies juga sering memimpin aksi-aksi demonstrasi, tidak hanya menentang kebijakan kampus, namun juga kebijakan pemerintah atau isu-isu populis.  Ia juga melakukan aksi menolak SDSB, judi yang dilegalkan negara saat itu. 


3. Pribadi yang rendah hati


Walaupun seorang doktor dan pesohor, tak ada yang berubah dari Anies. Teman-teman lama dia saat masih SLTA dan kuliah sampai sekarang masih menjadi teman dia. Ketika bertemu di hotel dan disapa, ia tetap dengan ramah senyum menyapa dan mengobrol akrab. Penulis pun pernah mengalami hal nyata yang serupa. Ketika lama tak ketemu lalu tak sengaja ketemu dia di sebuah restoran, ia dengan ramah dan senyum menyapa kita. Akrab dan rendah hati. Ia tersenyum bukan karena pencitraan tapi memang sejak dulu ia seperti itu.  





4. Orangya tidak otoriter


Anies bukanlah sosok yang otoriter dan memaksakan kehendak. Sosoknya sebagai pendidik sangat mewarnai sikapnya. Contohnya, walaupun istrinya memakai jilbab, tapi Anies tidak serta-merta menyuruh anaknya untuk harus pakai jilbab. Ia menggunakan pendekatan bahwa pendidikan butuh proses dan kesadaran internal. Merubah sesuatu itu butuh proses. Dalam memimpin ia tidak otoriter dan memaksa anak buahnya dengan kata-kata kasar. Bila ada pemimpin yang suka menyuruh anak buah dengan kata-kata "anjing", "taek", dan kata-kata binatang lainnya, maka Anies sangat berbeda dengan leader yang seperti itu. Anies memimpin dengan gaya yang santun, tidak otoriter. Ia menyuruh dengan bijaksana. Bahkan ketika ia dihina, difitnah dan dihujat dengan kasar, ia hanya melayaninya dengan senyum dan tidak membalas hujatan dengan kata-kata atau perlawanan kasar. Ia jauh dari kata otoriter dan pendendam. 


5.  Tidak mudah tebar  janji

 

Banyak pemimpin yang ketika akan menjabat banyak mengobral janji atau mengatakan ini-itu yang sebenarnya adalah berbohong, tapi Anies tidak demikian. Janji-janjinya ketika kampanye Gubernur DKI ia jalankan satu per satu. Walaupun ia tidak teriak-teriak di media massa dan tidak agresif membuat pencitraan di media, namun prestasinya dalam memimpin menjadi fakta yang berbicara sendiri. Contohnya, DKI Jakarta termasuk provinsi yang mampu mencetak surplus ekonomi.  Sekolah hingga SLTA gratis tanpa biaya, dan bagi masyarakat yang tidak mampu malah diberi beasiswa dan tunjangan (bantuan). Layanan kesehatan di DKI juga sangat baik.  


Anies mampu mendorong perekonomian DKI. Pemprov DKI mencatat realisasi pendapatan daerah Rp 65,59 triliun pada 2021, mampu meningkat 17,3 % dibandingkan tahun 2020, yaitu Rp 55,89 triliun. Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI pun terbilang sangat besar, mencapai Rp 41,63 triliun. Hal itu jelas berbeda dengan pemimpin yang menjanjikan kemakmuran dan akan mendatangkan investasi bertriliun-triliun namun tak kunjung tiba. 


6. Track recordnya bersih, tidak korupsi


Tak perlu diulas lagi,  Anies bukan tipikal pemimpin yang banyak kasus korupsi atau menilep anggaran negara. Orangnya masih bersahaja. Ia sudah terbiasa hidup sebagai dosen yang sederhana yang tak berambisi menumpuk kekayaan pribadi. Ia tipikal sosok yang sangat antusias untuk mendiskusikan apa-apa yang bisa menjadi kebaikan publik, termasuk pendidikan dan kemakmuran ekonomi -- tapi untuk diri dan keluarganya hanya biasa-biasa saja. Ia bukan sosok yang ambisius untuk menumpuk kekayaan pribadinya. 


7. Punya Jiwa Nasionalisme Yang Kuat, tidak mudah terbeli kepentingan asing. Bukan menjadi corong asing. 


Anies merupakan tipikal sosok yang punya nasionalisme kuat. Ia punya kepedulian kuat untuk membela ekonomi dalam negeri, ekonomi pribumi, dan tidak serta-merta menyetujui investasi asing. Sejak muda memang selalu terpanggil untuk membela komunitas lokal. Hal ini tak lepas dari pendidikan kakeknya, AR Baswedan yang juga seorang pejuang nasional dan menteri di era perjuangan kemerdekaan. Anies menjadi inisiator gerakan Indonesia Mengajar dan menjadi rektor termuda yang pernah dilantik oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2007 saat menjadi Rektor Universitas Paramadina pada usia 38 tahun. 


8. Tidak Melupakan Kaum Minoritas


Walaupun Anies merupakan sosok Muslim yang merupakan mayoritas di Indonesia, namun Anies adalah sosok yang berwawasan luas dan ia sangat tahu tentang bagaimana memperhatikan kalangan minoritas. Anies adalah sosok intelek yang terdidik, berpendidikan Amerika, sangat mengerti demokrasi dan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan. Ia tidak akan menyia-yiakan kaum minoritas dan apalagi menghilangkan hak-hak mereka. Anies memimpin dengan cara yang adil dan memandang sesuatu dalam proporsi yang seimbang, sehingga kalangan minoritas non Muslim dan Chinese di Indonesia tak ada alasan untuk khawatir bila Anies menjadi presiden. 


Baca Juga :

Lebih baru Lebih lama