Berkenalan Dengan Raja Bisnis Sawit Dari Medan, Pemilik Musim Mas Group

Group Musim Mas, raja bisnis sawit dari Medan, dibangun keluarga Bachtiar Karim

Di kalangan pemain bisnis perkebunan sawit, nama Group Musim Mas sudah amat sangat dikenal. Tak salah bila perusahaan ini disebut sebagai salah satu RAJA BISNIS SAWIT. Bukan karena jumlah kebunnya yang ratusan ribu hektar, namun karena perusahaan ini dikenal sebagai salah satu PERUSAHAAN PEMBELI CPO TERBESAR di Indonesia. Kalau ditanya para pemilik pabrik sawit (pabrik CPO) di Indonesia kemana mereka menjual CPO yang dihasilkan oleh kebun-kebun-nya, umumnya mereka akan menjawab ke Musim Mas Group. Sebab itu, kalangan perusahaan perkebunan sawit yang punya pabrik CPO umumnya kenal Musim Mas Group sebagai pembeli CPO dari pabrik kelapa sawit (PKS) mereka. 


Group Musim Mas ini memang termasuk salah satu ikon terpenting di bisnis sawit. Perusahaan ini awalnya dikenal sebagai CPO trader, namun sejatinya perusahaan ini kuat karena masuk di industri hilir sawit lebih dulu dibanding pemain lain. Sejak tahun 1972 perusahaan ini sudah mendirikan pabrik refinery  (pengolah CPO). Pabrik ini mengolah CPO yang dibeli dari perusahaan perkebunan sawit. Industri refinery dan pabrik pengolahan di segmen hilir inilah yang membuat Group Musim Mas tumbuh berkembang, beberapa langkah lebih maju dibanding pemain sawit lainnya yang umumnya baru sebatas mengolah tandan buah segar sawit menjadi CPO, belum sampai di tahap penyulingan (refinery) dan pengolahan CPO.


Musim Mas Group termasuk sedikit perusahaan di dunia yang menggarap bisnis oleochemical dan produk olahan dari bahan sawit seperti fatty acid dan glycerine. Produk-produk yang dihasilkan amat dibutuhkan industri modern. Fatty acid misalnya, merupakan produk kimia yang sangat dibutuhkan oleh industri sabun, toiletris dan wewangian. Produksi fatty acid Musim Mas merupakan yang terbesar di Indonesia dan untuk oleochemical, termasuk yang terbesar di dunia. 


Yang pasti, Group Musim Mas sekarang ini sudah berbeda. Sekarang Musim Mas sudah memasuki semua rantai bisnis  dari semua tahapan proses industri kelapa sawit. Mulai dari perkebunannya, pabrik-pabrik pengolahan CPO, pabrik-pabrik penyulingan, ekspor, logistik, hingga pabrik untuk produk-produk akhir jadi berbasis minyak sawit seperti sabun dan minyak goreng.  Group ini menghasilkan produk bernilai tambah seperti specialty fats, oleokimia, biodiesel, sabun, lilin sawit dan produk fungsional seperti pengemulsi. Juga memproduksi consumer goods berbasis sawit, seperti minyak goreng dan produk perawatan tubuh melalui anak-anak usahanya.

Dalam taksiran penulis, group ini memiliki nilai perputaran bisnisnya per tahun sudah diatas USD 2 miliar (diatas Rp 25 triliun) untuk seluruh group, baik anak usaha di dalam negeri maupun di luar negeri. Maklum saja, perusahaan ini  sudah mengekspor produknya ke lebih dari 80 negara, dengan kantor perwakilan di berbagai negara maju di Eropa dan Amerika. Group ini juga sudah memiliki perkebunan sawit sendiri, lebih dari 17 lokasi, dan juga sekitar 16 pabrik kelapa sawit (palm oil mill). Di Indonesia, pusat operasional bisnisnya, termasuk lokasi pabrik-pabrik refinery-nya banyak berlokasi di Medan, sebagai asal muasal dari berkembangnya Group Musim Mas ini. Pastinya, Musim Mas Group ini sekarang menjadi salah satu pemain terbesar dunia di bidang pengolahan sawit. 


Siapa sesungguhnya group ini dan kenapa bisa sebesar itu? Bagaimana merintisnya? 


Group Musim Mas merupakan konglomerasi bisnis sawit yang kini dimiliki dan dikelola Bachtiar Karim dan adik-adiknya, yang juga merupakan generasi ketiga dari pemilik/ pendiri Group Musim Mas. Musim Mas ini sudah dirintis sejak 1932 oleh kakek dari Bachtiar Karim sejak 1932. Kakeknya memang memulai bisnis di Medan, Sumatera Utara,  dan awalnya dengan mendirikan pabrik sabun skala kecil yang dinamai  perusahaan Lee Bun Liau dengan merek sabun Nam Cheong. Pabrik itu  memproduksi dan mendistribusikan produk sabun ke pasar-pasar lokal dan internasional. 


Awal bisnis Musim Mas ini pun masih sangat sederhana. Namun berkat keuletan kakek Bachtiar, perusahaan itu bisa survive hingga kemudian berganti diurus oleh ayahanda dari Bachtiar, namanya Anwar Karim. Sejatinya, ketika kakeknya meninggal, ayahanda Bachtiar, Anwar Karim (almarhum), belum bisa meneruskan usaha itu karena baru berusia 12 tahun. Dan Anwar baru mulai mulai mengelola penuh saat sudah usia 20 tahun. Setelah itu Anwar mulai dipercaya membesarkan pabrik sabun itu.


Tahun 1972, Anwar Karim mulai menggunakan nama Musim Mas. Sebelumnya sempat menggunakan nama PT Lambang Utama yang kini dipakai untuk perusahaan paman Bachtiar (adik Anwar). Nama Musim Mas sendiri merupakan terjemahan dari  nama ibunda Anwar (bahasa Cina) yang kalau diindonesiakan menjadi  Musim Semi Mas. Rupanya, sejak menggunakan nama Musim Mas inilah perusahaan ini makin dikenal dan berkembang lebih baik, hingga secara bertahap menjadi perusahaan refinery. 

Anwar Karim bisa dibilang sebagai orang pertama yang mendirikan pabrik refinery di Medan. Sebelumnya Anwar Karim, ayahanda dari Bachtiar Karim yang kini CEO Group, juga pernah membuat pabrik refinery terbesar kedua di  dunia di Singapura. Pabrik refinery di Singapore itu kini di bawah Sumatra Oil Company yang dikelola salah satu paman Bachtiar. Jadi pabriknya yang di Singapore itu sudah tidak dimiliki Musim Mas.


Dibawah kepemimpinan Anwar Karim, Group Musim Mas tumbuh melesat, utamanya di bisnis refinery sawit. Perusahaan ini mengolah minyak sawit menjadi berbagai macam produk sepert minyak goreng, oleokimia, lilin, lemak khusus, hingga produk fungsional. Bahkan juga sudah memasuki industri bioenergi. Musim Mas sejak awal dikenal di sektor hilir sawit, adapun untuk produk di segmen hulu (CPO), dilakukan dengan membeli dari para pemilik kebun di sekitar Sumatera.


Namun, seiring permintaan bahan baku CPO yang makin besar, akhirny Musim Mas memutuskan untuk punya kebun sendiri, tak hanya beli CPO dari kebun orang. Pasalnya saat itu makin sulit cari/beli CPO. Permintaan dalam negeri sedang banyak dan orang juga banyak yang langsung mengekspor. Sejak itu, tahun 1988,  Musim Mas pun mengembangkan usahanya ke perkebunan alias ke sektor upstream. Tahun 1988 itu Musim Mas membeli kebun kelapa sawit untuk pertama kalinya di Rantauperapat  seluas  1.400 ha. Jadi, masih skala kecil. Di kebun itu Musim Mas juga lalu mendirikan pabrik kelapa sawit (CPO). 


Sejak itu, sesuai tren kebutuhan CPO yang makin banyak, Musim Mas juga ekspansi beli kebun-kebun baru. Antara lain dengan membeli kebun di Riau seluas 28 ribu ha, juga di Sumba dan Kalimantan Tengah. Kini total luas kebun sawit milik Musim Mas sudah ratusan ribu hektar. Keputusan Musim Mas menggarap sektor hulu karena sempat mengalami kesulitan mendapatkan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Jadi Musim Mas masuk ke kebun kelapa sawit demi mendukung industri hilir yang sudah lebih dulu digarap. Gayung bersambut. Di segmen perkebunan, Musim Mas Group adalah perusahaan Indonesia pertama yang memperoleh sertifikasi RSPO yang mengatur compliance dengan aspek lingkungan dan sustainabilitas. 


Seiring perluasan kebun sawitnya, Musim Mas Group pun kemudian juga bisa mengembangkan pabrik refinery-nya. Di sektor hilir, selain memproduksi oleochemical dan fatty acid, Musim Mas juga mengekspor produk akhir berupa sabun merek Harmony dan Medicare ke banyak negara. Industri sabun ini dikelola anak usaha Musim Mas Group yang bernama PT Mega Suryamas, dipimpin adik Bachtiar yang bernama Bahari Karim. 


Group Musim Mas sendiri kini memang dikelola Bachtiar dan adik-adiknya, khususnya Burhan Karim dan Bahari Karim, yang juga merupakan generasi ketiga pemilik. Kedua adik Bachtiar itu memang terlibat dalam pengelolaan usaha keluarga setelah menyelesaikan sekolah di luar negeri. Sedangkan salah satu adiknya yang lain, Bachrum Karim, memilih merintis usaha sendiri, di bidang industri minyak goreng, yakni mendirikan PT Bina Karya Prima yang memproduksi minyak goreng merek Tropical.


Musim Mas Group juga sudah memperkuat bisnis hulu, bisnis perkebunan

Untuk saat ini, di lini usaha perkebunan sawit, Musim Mas memang masih kalah besar dibanding Salim Group atau Sinarmas atau Astra Agro, namun di lini industri hilir dan refinery-nya, Musim Mas Group jelas berada selangkah di depan group-group itu, dengan skala bisnis yang jauh lebih besar. Musim Mas menggarap bisnis dengan pendekatan yang berbeda. Bila kebanyakan group masuk dari bisnis hulu dulu (perkebunan), maka Musim Mas memulainya justru dari hilir (upstream). 


Musim Mas Group diam-diam kini sudah menjadi perusahaan kelas dunia bukan saja karena mengelola pabrik oleochemical terbesar dunia di Medan dan menguasai industri hilir sawit, namun juga karena pengelolaan SDM-nya yang juga sudah meningkat ke level kelas dunia. Tak banyak yang tahu, Group ini memperkerjakan banyak ekspatriat, jumlahnya puluhan, karena beberapa kompetensi di industri oleokimia dan refinery memang butuh ekspatriat mengingat SDM lokal masih langka dan bahkan untuk beberapa kompetensi malah tidak ada (tidak tersedia talent). Selain itu, karena skala bisnisnya yang makin mengglobal dan hadir di puluhan negara, group ini juga kantor pusat kedua di Singapore. 


Yang jelas seiring dengan mengguritanya perkembangan usaha Musim Mas Group, kini cipratan ke ekonomi ke masyarakat lokal juga makin besar. Maklum, kini setidaknya ada 37 ribu orang karyawan di Indonesia yang kini bekerja di group ini. Perusahaan ini juga memberikan cipratan ekonomi dalam bentuk devisa karena tiap tahun group ini melalui anak-anak usahanya telah mengekspor produk olahan sawit yang nilainya sudah mencapai miliaran dollar/tahun, dari Indonesia ke puluhan negara. 

Group Musim Mas sudah punya banyak anak usaha di berbagai negara maju. Pada  2014,  misalnya, Musim Mas mengakuisisi pabrik biofuel Infinita Renovables di Ferrol, Spanyol dengan kapasitas produksi 150 ribu ton per tahun melalui anak usahanya Masol Iberia Biofuels. Lalu, pada  2015, Musim Mas menanamkan investasi 55 juta euro untuk membangun komplek industri kelapa sawit terintegrasi di Livorno, Italia. Melalui anak usahanya di negeri pizza, Masol Italia, Musim Mas memanfaatkan lahan seluas 10 ribu meter persegi untuk membangun pabrik biofuel dengan kapasitas produksi 280 ribu ton per tahun.

Semoga kedepan makin banyak perusahaan Indonesia yang mampu membesar, menyerap ribuan tenaga kerja dan tak hanya jago kandang.  Kita bisa belajar dari Group Musim Mas, raja bisnis sawit dari Medan ini. (Editor)


Artikel lain :

Lebih baru Lebih lama