Tak salah, Martua Sitorus adalah salah satu ikon penting industri sawit di Indonesia. Bukan karena ia punya kebun sawit terluas di Indonesia. Dari sisi kepemilikan kebun bisa jadi masih kalah dari Sinarmas Group, Salim dan Astra. Ia pengusaha hebat karena menguasai industri perdagangan dan pengolahan hasil sawit, termasuk industry refinery-nya. Wilmar Group / KPN Group miliknya merupakan pembeli terbesar minyak CPO dari berbagai pemilik kebun dan pabrik sawit di Indonesia. Wilmar yang mengolah dan mengekspornya ke berbaga belahan dunia. Perusahaan yang ia bangun sudah go public di Singapore Stock Exchange dan disebut-sebut sebagai salah satu perusahaan publik berkapitalisasi pasar terbesar di bursa negeri jiran itu.
Wilmar
International kini juga sudah familier bagi pemain agrobisnis di Indonesia. Kiprahnya tak sekadar jagoan lokal.
Wilmar sudah menjadi pemain global, mempunyai tak kurang dari 160 pabrik
pemrosesan minyak sawit dan minyak nabati di berbagai negara termasuk
Indonesia, Malaysia, China dan India.
Siapa sebenarnya Martua Sitorus dan bagaimana ia memulai usaha?
Martua
Sitorus adalah sosok menarik karena di saat usianya baru 48 tahun sudah
mampu mengendalikan bisnis beromset miliaran dolar. Menurut sumber yang
sangat dekat mengenalnya, Martua yang bernama Tionghoa, Thio Seng Hap
adalah putra pemilik toko UD Sadar di Pematang Siantar – toko besar yang
menjual berbagai kebutuhan sehari-hari. Di Pematang Siantar orang lebih
mengenal Martua sebagai Ahok, anak kedua dari lima bersaudara. Keluarga
Martua termasuk salah satu orang terkaya di kota itu.
Ketika
berusaha mulai menjalankan bisnis sendiri, Ahok dimodali 9 unit truk
oleh orang tuanya untuk berbisnis transportasi di Medan. Di akhir
1980-an, Martua mencoba membuka pabrik palm kernel (produk sampingan
kelapa sawit) kecil-kecilan dengan produksi sekitar 40 ton/hari di
Belawan. Martua juga belajar dagang minyak goreng yang dibeli dari Grup
Salim dan Grup Sinarmas – dari sinilah Martua punya jejaring dengan dua
grup besar itu.
Ketika
mulai membuka pabrik palm kernel itu pulalah Martua kenal dengan
William Kuok, keponakan Robert Kuok, raja minyak sawit dan raja gula di
Malaysia (Kuok Brothers) yang sangat terkenal di dunia. William adalah
Direktur Pengelola Kuok Group, sehingga memang sangat berpengalaman dan
dikenal secara internasional. Karena berselisih paham dengan Robert, dia
keluar dan merintis usaha sendiri yang kemudian bertemu dengan Martua.
Martua
dan William rupanya berjodoh. Mereka kemudian bergandengan tangan di
tahun 1991, melahirkan Karya Praja Nelayan (Grup KPN) yang berbasis di
Medan. Beberapa perusahaan yang mereka dirikan saat itu di antaranya PT
Bukit Kapur Reksa di Dumai; PT Multi Nabati Asahan (Tanjung Balai
Asahan); dan PT Sinar Alam Permai (Palembang) yang membuat palm kernel.
Tahun 1992, mereka membangun pabrik penyulingan PT Bukit Kapur Reksa di
Dumai.
Kehebatan
Martua, menurut sumber yang tak mau disebut namanya, merupakan anak
muda yang low profile, pekerja keras dan punya lobi yang bagus di
sejumlah perusahaan perkebunan (PTP). Di KPN, meski menjadi dirut,
Martua biasa terjun langsung dalam segala hal. “Semua dia tangani, tapi
tetap ada tim manajemennya, menguasai secara detail seperti bisnis
orang-orang Cina pada umumnya,” katanya.
Faktor utama mengapa Wilmar
cepat membesar adalah karena Martua menguasai local sourcing; sedangkan
William menguasai pemasaran dan finansial termasuk dengan jaringan
perbankan di luar negeri. Maklum, William sudah punya nama saat di Kuok
Group. “Itulah alasan mengapa Wilmar bisa terbang sehebat sekarang,
karena dikelola dua orang hebat,” kata sumber ini.
Maruli
Gultom, mantan Presdir PT Astra Agro Lestari, mengakui, Wilmar
merupakan salah satu perusahaan agrobisnis terbesar di Asia, dengan
pemasaran mencakup Asia, Eropa dan Afrika. Dia menilai Martua adalah
sosok yang hebat sehingga bisa membesarkan Wilmar. Maruli sempat bertemu
Martua ketika mendapat undangan makan dari Menteri Perusahaan
Perladangan dan Komoditas Malaysia, Datuk Peter Chin Fah Kui. Saat itu
yang ada hanya Maruli, Peter Chin dan Martua Sitorus. Dari obrolan yang
berlangsung, Maruli menyimpulkan Martua adalah orang yang diperhitungkan
di negeri jiran. “Dia masih muda dan energik,” kata Maruli.
Sementara
itu, Akmaluddin Hasibuan, mantan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia, juga mengamati bisnis Wilmar memang berkembang sangat pesat.
Menurutnya, Wilmar memulai bisnis dari hilirnya dulu, bukan di
perkebunannya (hulu). “Sekarang sudah masuk biodiesel, pupuk NPK,
refinasi, dan sebagainya,” kata Akmaluddin.
Akmaluddin
mengaku sudah kenal lama dengan Martua yang lulusan Fakultas Ekonomi
HKBP Nommensen Medan, tempatnya mengajar. “Beliau baru masuk sebagai
mahasiswa, saya sudah mengajar,” katanya. Kemudian setamat kuliah,
Martua memulai bisnis kecil-kecilan di PTPN VI, di bidang pengangkutan
minyak sawit. “Beliau memang betul-betul self-made man, membangun
dirinya sendiri dan tahu apa yang diperbuat. Waktu mahasiswa, dia
belajar dengan baik, dan ketika berbisnis juga berbisnis dengan baik.”
- Tip Sukses Merintis Bisnis Kontraktor & EPC
- Belajar Kehidupan Dan Bisnis Dari Jos Soetomo, pengusaha sukses Kaltim
- Siapa Sebenarnya Musa Rajecksjah, pengusaha yang Wagub Sumut?
- 31 Cara Untuk Mengamankan Cashflow Perusahaan
- Daftar Investor Luar Negeri Yang Berminat Joint Venture
- Cari Utang Korporasi Berbunga Rendah ?
Bungaran
Saragih, mantan Menteri Pertanian RI, melihat salah satu kunci sukses
Wilmar karena merekrut orang-orang yang kapabel sehingga bisa menangani
perusahaan yang sangat cepat bergerak, terintegrasi vertikal dan
horisontal dengan baik. Jaringan internasionalnya – khususnya sumber
finansial – sangat kuat. “Jika tidak kuat sumber finansialnya, tidak
mungkin bisa melakukan perdagangan dan akuisisi perusahaan,” ujar
Bungaran. Di bisnis perkebunan sawit, Wilmar tidak membangun sendiri,
tetapi membeli. “Dia mau cepat. Kalau membangun sendiri akan lama. Dia
beli kemudian diperbaiki. Karena sudah punya pasar, soal uang tidak ada
kesulitan,” ungkap Bungaran yang juga mengenal Martua.
Dalam
pandangan Bungaran, Wilmar termasuk perusahaan ideal karena tidak hanya
bergerak di Indonesia, melainkan pemain global dan disegani di dunia.
Mereka perusahaan trading yang kuat, dipercaya pelanggan dan mau
mengembangkan infrastruktur. “Martua orang pertama yang membuat
pelabuhan kelapa sawit. Dia sudah berpikir ketika orang lain belum,”
tuturnya.
Wilmar sejatinya adalah sebuah grup perusahaan dengan dua wajah: Indonesia dan Malaysia. Maklum pendirinya memang dua orang, yang satu dari Indonesia yakni Martua Sitorus (48 tahun) asal Medan, dan satunya lagi dari Malaysia, Kuok Khoon Hong alias William Kuok (58 tahun). Begitu pula dengan nama Wilmar, yang singkatan dari Wil(liam) dan Mar(tua). Dua entrepreneur hebat inilah yang sekarang sedang menjadi pembicaraan hangat di kalangan bisnis minyak nabati olahan dunia. Apalagi Wilmar baru saja menjalin aliansi dengan Archer Daniels Midland Company, perusahaan minyak nabati olahan terbesar dunia yang masuk Fortune 100.
Wilmar sejatinya adalah sebuah grup perusahaan dengan dua wajah: Indonesia dan Malaysia. Maklum pendirinya memang dua orang, yang satu dari Indonesia yakni Martua Sitorus (48 tahun) asal Medan, dan satunya lagi dari Malaysia, Kuok Khoon Hong alias William Kuok (58 tahun). Begitu pula dengan nama Wilmar, yang singkatan dari Wil(liam) dan Mar(tua). Dua entrepreneur hebat inilah yang sekarang sedang menjadi pembicaraan hangat di kalangan bisnis minyak nabati olahan dunia. Apalagi Wilmar baru saja menjalin aliansi dengan Archer Daniels Midland Company, perusahaan minyak nabati olahan terbesar dunia yang masuk Fortune 100.
Perusahaan ini tidak sekadar bergerak dari
atas ke bawah (hulu ke hilir) tetapi ke kanan dan ke kiri. Artinya,
bisnis-bisnis lain juga dikembangkan, seperti pupuk NPK Sentana sekitar
tahun 2004, pabrik biodiesel sejak tahun 2005, dan saat ini sedang
bergerak ke bisnis chemical oil. Wilmar juga didukung
infrastruktur yang cukup kuat, baik untuk transportasi laut maupun
darat. Pihaknya memiliki beberapa kapal tanker berkapasitas 10-20 ribu
ton, dan segera membeli kapal berkapasitas di atas 30 ribu ton.
Soal
strategi investasi, Wilmar agak sedikit berbeda dari
perusahaan kelapa sawit lain, karena memiliki strategi investasi jangka
panjang. “Kami tidak berpikir investasi sekarang harus balik modal tiga
tahun lagi. Kami berpikir benar-benar bahwa investasi kami strategis,”
ujar sumber itu. Sebagai contoh, Wilmar menginvestasikan jutaan dolar untuk
pengembangan infrastruktur kawasan industri Dumai. Tidak
banyak perusahaan yang mau melakukannya lantaran mahal dan return-nya
lama. Namun, bagi Wilmar kawasan industri Dumai bakal menjadi kawasan
terintegrasi minyak kelapa sawit yang lengkap.
Wilmar listing di Singapura karena bursa Singapura
lebih likuid dan stabil. Singapura selalu menjadi tempat yang strategis.
Kendati demikian, kegiatan operasional di Indonesia tetap dilakukan di
Medan. “Singapura hanya sebagai headquarter untuk konsolidasi, tetapi
semua keputusan diambil di masing-masing unit,” katanya. Ke depan,
Wilmar akan konsisten mengembangkan perkebunan selama arealnya tersedia
dan masih dalam koridor hukum. “Per tahun kami berencana membangun kebun
kelapa sawit 30-40 ribu ha.”
Yang
menarik, cepatnya pertumbuhan bisnis Wilmar diiringi pula kinerja
keuangan yang terus kinclong. Tentu saja hal itu menjadi berita gembira
bagi investor publik yang memegang sahamnya. Per Desember 2007, angka
return on average asset Wilmar 13,3% dan semester I/2008 meningkat
menjadi 16,6%. Lalu, dilihat dari return on average capital employed,
tahun 2007 sebesar 11,5%, sementara semester I/2008 menjadi 14,9%. Tak
hanya itu, dari parameter angka NAV per saham, Desember 2007 sebesar
122,9% dan semester I/2008 mencapai 132,1%.
Bisnis utamanya adalah perdagangan, pemrosesan minyak
sawit dan minyak nabati, selain bisnis perkebunan tentunya. Bisnis
perdagangan dan pemrosesannya punya pendapatan yang jauh lebih besar
ketimbang bisnis perkebunannya yang hanya berkontribusi 5% dari total
pendapatan grup ini. Di
China, sebut contoh, grup ini dikabarkan tak kurang punya 20 pabrik
penyulingan.
Belum termasuk yang di Indonesia dan Malaysia. Perusahaan
ini punya land bank perkebunan 500 ribu ha di beberapa negara – sebagian
besar di Indonesia dan Malaysia. Luas kebunnya yang sudah tertanami per
kuartal II/2008 mencapai 215 ribu ha, dan kebun yang sudah panen 137,7
ribu ha. Mereka memasarkan produknya ke 50 negara di dunia dengan fokus
di lima area: Indonesia, Malaysia, Cina, India dan Eropa.
Tak salah, Martua dan Wilmar adalah contoh tepat pebisnis yang sukses melakukan lompatan kuantum. Maklum, baru mulai tahun 1991, kini skala bisnisnya sudah berkelas global.
Bacaan lainnya:Tak salah, Martua dan Wilmar adalah contoh tepat pebisnis yang sukses melakukan lompatan kuantum. Maklum, baru mulai tahun 1991, kini skala bisnisnya sudah berkelas global.
- Kisah Dramatik Pendiri Hotel Syariah Pertama di Medan
- Pasangan Ini Sukses Membangun Jaringan Resto Takigawa
- Rahasia Sukses Pendiri Mayora Group Yang Produk-Produknya Laris-Manis
- Strategi Sukses DataOn Memasarkan Aplikasi HR
- Daftar Investor Luar Negeri Yang Berminat Membangun Joint Venture
- Cari Utang Korporasi Berbunga Rendah ?