Serikat Pekerja JICT Priok Menolak Hutchison

Belum lama ini ratusan perwakilan pekerja Jakarta Internasional Container Terminal (JICT) kembali melakukan aksi menolak konsesi badan usaha ke pihak asing, Selasa (2/5) pagi. Mereka melakukan aksi mogok kerja. 

Para pekerja tersebut melakukan orasi dan mengumpulkan seluruh pekerja JICT di salah satu ruangan aula pertemuan yang ada di lantai dasar kantor JICT, depan Pos IX Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Sekjen Serikat Pekerja (SP) JICT, Firmansyah mengatakan, pihaknya sengaja mengumpulkan para pekerja untuk menyuarakan aspirasi menolak konsesi yang dilakukan induk perusahaan dan meminta pihak Direksi JICT mendukung suara pekerja.

Di dalam ruangan 'Kresna' berukuran 6x6 meter, puluhan pekerja melakukan orasi dan mengumpulkan perwakilan dari masing-masing operasional JICT untuk menyampaikan aspirasinya.

"Sejak pekan lalui bertemu dengan Pak Gunta (salah satu Direktur JICT yang baru) untuk menyampaikan aspirasi 706 pekerja JICT yang menuntut hak dan kesejahteraan," ujar Firmansyah.

Dikatakan, tuntutan utama dari para pekerja tetap utamanya adalah menolak konsesi JICT, namun ada pula sejumlah tuntutan mengenai bonus kinerja yang mengalami reduksi agar dikembalikan seperti asalnya.


Mantan Ketua Umum SP JICT, Hazris Malsah, berharap ada solusi bersama yang bisa diterima oleh kedua belah pihak dalam keputusan JICT.

"Bonus tahun ini bagi para karyawan JICT sebesar Rp 47 miliar padahal tahun lalu bonus mencapai Rp 82 miliar. Bonus turun tapi pendapatan perusahaan tahun ini lebih besar dari tahun lalu," kata Hazris.

Ia berharap agar ada solusi yang bisa diterima oleh dua belah pihak. "Kami berharap ada kebijakan diversifikasi usaha agar para pekerja yang selama ini berkontribusi untuk pemasukan perusahaan dapat tetap terjaga," katanya.


Semoga tidak terjadi di Surabaya


Kisruh yang melanda serikat pekerja PT Jakarta International Containter Terminal (JICT) dengan manajemen diharapkan tidak terjadi di PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS). Para pemangku kepentingan diminta mengawal proses transisi TPS pada tahun 2019.

Direktur The National Maritime Institute, Siswanto Rusdi mengatakan bakal menghadapi perubahan strategis, karena dalam dua tahun mendatang kontrak kerja sama antara PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III dengan Dubai Port World (DPW) bakal berakhir.

Sebagaimana diketahui, kisruh yang terjadi di JICT salah satunya terkait penolakan serikat pekerja terhadap perpanjangan kontrak Hutchison Port Holding dalam pengelolaan tetminal petikemas.

Siswanto mengatakan, semua pihak yang menjadi pemangku kepentingan  harus mengawal proses penghentian waktu kerja sama atau terminasi berjalan mulus.

“Cukup kegaduhan dalam bisnis kepelabuhan nasional terjadi di Jakarta saja, tidak perlu berulang di Surabaya," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (6/8/2017).

Dia berharap, manajemen Pelindo III sebagai pemegang saham TPS dan serikat pekerja yang ada di Pelabuhan Tanjung Perak menyiapkan proses terminasi dengan baik. Terlebih, saat ini operasional TPS didominasi oleh Warga Negara Indonesia (WNI) sehingga saat DPW hengkang, kinerja TPS bakal tetap apik.

DPW menjadi pemilik 49% saham TPS setelah mengakuisisi induk P&O Dover pada 2006. Adapun P&O Dover memiliki 49% saham TPS sejak 1999 di mana saat itu Pelindo III melakukan privatisasi saham di TPS.

Di sisi lain, arus bongkar muat peti kemas ekspor impor TPS  naik 7% dalam enam bulan 2017 menjadi 637.410 TEUs. Sementara itu, arus kunjungan kapal di TPS selama semester I/2017 mencapai 484 unit atau naik 4% secara tahunan.

PR Manager TPS, Muchammad Solech mengatakan realisasi arus petikemas di paruh pertama tahun ini melampaui target yang dipatok sebesar 595.135 TEUs.

Menurut Solech, rata-rata petikemas ekspor impor yang dilayani di TPS setiap bulan mencapai 100.000 s.d 120.000 TEUs. Dia optimistis TPS bakal mampu menggenjot kinerja bongkar muat petikemas di paruh kedua.

"Pada awal tahun hampir 2 bulan 1 berth dikosongkan dalam rangka pemasangan 3 unit Container Crane (CC) baru yang terbesar di Pelabuhan Tanjung Perak. Kami yakin dapat mengejar dan melampaui target di semester II,” ujarnya dalam publikasi yang diterbitkan TPS.
Lebih baru Lebih lama